SHARE

Ilustrasi -warga sedang melakukan tes antigen (istimewa)

Jika implementasi surveilans atau 3T rendah, maka tidak bisa didapati angka riil keberadaan kasus dan tingkat penularan COVID-19 di suatu wilayah. Itu juga akan menyebabkan intervensi kesehatan yang kurang tepat, dan terlambatnya isolasi dilakukan bagi yang terinfeksi sehingga virus sudah menyebar ke mana-mana antar satu orang ke orang lain dan mengakibatkan penyebaran COVID-19.

Jika kapasitas pelacakan kasus minim, maka data kasus dan penularan COVID-19 yang ditemukan di lapangan tidak komprehensif dan tidak menggambarkan jumlah kasus COVID-19 yang sebenarnya dan seberapa luas penularannya di suatu daerah.

Alhasil, kurva harian menjadi tidak komprehensif dan tidak bisa dijadikan sebagai dasar yang tepat dan baik untuk menetapkan kebijakan penanganan kesehatan dan intervensi memutus rantai penyebaran COVID-19 yang tepat sasaran. Dengan demikian, COVID-19 terus berkeliaran menginfeksi dengan mudah di tengah masyarakat.

Seluruh elemen masyarakat juga harus menerapkan protokol kesehatan dengan ketat dan disiplin, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas.

Jika warga bisa melakukan setidaknya menghindari kerumunan dan memakai masker, maka penularan COVID-19 dapat dicegah, karena penularan COVID-19 berlangsung dari manusia ke manusia.

Untuk itu, masyarakat harus punya kesadaran tinggi untuk menerapkan protokol kesehatan sebagai tanggung jawab diri sendiri dan untuk melindungi orang lain sehingga implementasi protokol kesehatan menjadi kebiasaan baru di tengah kehidupan bersama COVID-19. Dengan demikian, tidak ada lagi satu pun warga yang mengabaikan protokol kesehatan dalam melakukan kegiatan di kehidupan sehari-hari apalagi berinteraksi dengan sesama.

Selain pelaksanaan protokol kesehatan yang konsisten, yang juga penting dilakukan masyarakat adalah menjalani vaksinasi COVID-19. Dengan mendapat vaksin, maka kekebalan tubuh akan bangkit sehingga bisa melawan serangan virus penyebab COVID-19. Dengan demikian, semakin berkurang orang yang menderita kesakitan akibat COVID-19. Sekalipun terinfeksi, orang yang telah divaksinasi dapat menjalani proses penyembuhan lebih cepat karena tidak jatuh pada kondisi berat dan kritis.

Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa seluruh strategi kunci untuk pencegahan dan pengendalian COVID-19 itu adalah satu-kesatuan.

Dengan memiliki surveilans yang baik, penerapan protokol kesehatan yang ketat dan konsisten, cakupan vaksinasi COVID-19 ke seluruh penduduk Indonesia, serta penguatan 3T, maka Indonesia bisa mengubah wabah COVID-19 di Tanah Air menjadi endemis. Tentunya, pelaksanaan semua strategi itu membutuhkan kerja sama, sinergi dan dukungan seluruh elemen masyarakat untuk menyukseskannya.

Halaman :