SHARE

Istimewa

CARAPANDANG.COM – Terapi seluler menjadi pilihan pengobatan pasien leukemia selain kemoterapi untuk menghancurkan sel kanker, ungkap dokter spesialis penyakit dalam subspesialisasi hematologi onkologi di Rumah Sakit Kanker Dharmais, dr. Resti Mulya Sari, SpPD, KHOM, FINASIM.

"Terapi seluler biasanya dilakukan setelah kemoterapi, untuk menggantikan sel-sel yang rusak akibat kemoterapi dan juga memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang masih tersisa," ujar dia seperti dikutip dari siaran persnya, Selasa.

Resti mengatakan, sampai saat ini pilihan terapi utama yang tersedia untuk pasien leukemia dewasa yakni kemoterapi. Pada terapi ini, pasien diberikan infus obat-obatan yang bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang ada di dalam tubuhnya.

Di sisi lain, ada juga pilihan terapi seluler yang kini tersedia di Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional berupa transplantasi sel punca atau transplantasi sumsum tulang yakni menggunakan sel yang berasal dari darah perifer.

Transplantasi dapat dilakukan menggunakan sel punca milik pasien sendiri, yang disebut sebagai transplantasi autologus, atau menggunakan sel punca yang berasal dari donor atau disebut transplantasi alogenik.

Khusus untuk transplantasi alogenik, donor akan diperiksa terlebih dahulu apakah memiliki kecocokan dengan pasien yang akan menerima sel punca.

Berdasarkan studi yang ada dan pengalaman di negara lain, transplantasi sel punca dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan angka harapan hidup pasien leukemia jenis tertentu.

"Pasien harus dinilai terlebih dahulu oleh seorang ahli hematologi dan onkologi sebelum ditetapkan sebagai kandidat yang cocok untuk menerima terapi seluler. Dan tidak semua pasien dapat menerima transplantasi sel punca yang berasal dari dirinya sendiri, sehingga ia membutuhkan sel dari donor atau alogenik," ujar Resti.

Selain transplantasi sel punca, ada juga donor lymphocyte infusion (DLI) berupa pemberian infus berisi limfosit, salah satu jenis sel darah putih, yang berasal dari donor kepada pasien leukemia.

Terapi ini dilakukan jika pasien kembali mengalami kekambuhan pasca menerima transplantasi dan bisa menjadi pilihan di saat tidak ada lagi pilihan terapi yang dapat dilakukan.

"Rumah Sakit Kanker Dharmais sudah memiliki fasilitas yang mampu memproses darah perifer untuk kemudian mendapatkan sel punca atau sel darah putih yang akan digunakan dalam terapi leukemia," tutur dr. Yanto Ciputra, M.Biomed mewakili Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Kanker Dharmais.

Kendala yang seringkali dihadapi dalam transplantasi alogenik maupun DLI yakni menemukan donor yang cocok dalam kurun waktu singkat. Namun, seiring dengan kecanggihan teknologi saat ini, semuanya dapat dipersiapkan dari jauh-jauh hari sebelum waktu transplantasi atau bahkan sebelum pasien diketahui membutuhkan terapi DLI.

Sel punca dan sel limfosit yang diberikan oleh donor dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu sebelum nantinya digunakan saat dibutuhkan. Dalam penyimpanan sel donor sebelum digunakan untuk transplantasi ataupun terapi DLI, Rumah Sakit Kanker Dharmais bekerja sama dengan PT Cordlife Persada, sebuah bank penyimpanan sel punca yang berbasis di Jakarta. Penyimpanan sel donor ini akan dilakukan secara kriogenik dan dijaga dalam suhu beku -196 derajat Celsius agar kondisi selnya tetap baik dan siap digunakan kapan saja.

“Penyimpanan ini dapat dilakukan selama bertahun-tahun dan bermanfaat sebagai tabungan biologis bagi pasien, untuk berjaga-jaga sekiranya terjadi kekambuhan. Pada prinsipnya Cordlife siap mendukung Rumah Sakit Kanker Dharmais dalam memberikan layanan ini untuk membantu pasien-pasien yang membutuhkan terapi seluler,” ujar medical advisor PT Cordlife Persada, dr. Meriana Virtin.

Halaman :
Tags
SHARE