SHARE

Benni Setiawan

CARAPANDANG.COM - Esensi belajar itu merdeka. Artinya, seseorang bebas belajar kapan saja dan di mana saja. Itulah falsafah pendidikan ala Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, “Jadikan semua orang guru dan semua tempat sekolah”.

Esensi merdeka belajar ini ditangkap oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Kemendikbud dalam rilisnya menyebut bahwa salah satu program prioritas tahun 2021 adalah Merdeka Belajar.

Pada 3 November 2020, Kemendikbud meluncurkan Merdeka Belajar Episode Keenam: Transformasi Dana Pemerintah untuk Pendidikan Tinggi yang diresmikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Kebijakan ini diluncurkan dalam rangka mendukung visi Presiden Joko Widodo dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul, salah satunya melalui transformasi pendidikan tinggi agar mampu mencetak lebih banyak lagi talenta-talenta yang mampu bersaing di tingkat dunia. Mendikbud mengatakan Merdeka Belajar Episode Keenam lahir dengan fokus pada pembangunan SDM unggul di jenjang pendidikan tinggi. “Perguruan tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta harus bergerak lebih cepat agar dapat bersaing di tingkat dunia,” kata Mas Menteri.  Mas Menteri pun menegaskan bahwa tujuan Merdeka Belajar adalah pendidikan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pendidikan Berkualitas

Pendidikan berkualitas perlu dibangun atas kesadaran bahwa proses ini perlu dukungan semua pihak. Artinya, Kemendikbud sebagai institusi negara tidak bisa merampungkan cita-cita mulia itu sendiri. Perlu sinergi dengan kekuatan lain, dalam hal ini organisasi sosial masyarakat.

Muhammadiyah dapat diajak oleh Kemendikbud dalam menyukseskan program Merdeka Belajar. Mengapa Muhammadiyah? Pasalnya, organisasi ini memiliki jejaring kerja mulai dari ranting hingga pusat. Sekolah dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) tersebar di seluruh wilayah tanah air. PTM dapat menjadi pilot project dalam menyukseskan Merdeka Belajar.

PTM relatif siap dalam sumber daya dibandingkan dengan perguruan tinggi swasta lainnya. Oleh karena itu, menggandeng PTM dalam menyukseskan Merdeka Belajar menjadi sebuah keniscayaan.

Selain itu, program mulia ini pun perlu dikawal dalam proses praktik di tingkat bawah. Artinya, Kemendikbud perlu juga membuat rambu-rambu bagaimana nanti proses perkuliahan dan hal-hal teknis yang perlu beres sebelum program ini dimulai. Hal itu dikarenakan, seringkali persoalan teknis yang tidak selesai, hanya akan merontokkan program kerja yang esensial.

Selesaikan Hal Teknis

Misalnya, dalam hal pembiayaan. Permendikbud No 3 Tahun 2020 memberikan hak kepada mahasiswa untuk 3 semester belajar di luar program studinya. Melalui Merdeka Belajar–Kampus Merdeka, mahasiswa memiliki kesempatan untuk 1 (satu) semester atau setara dengan 20 (dua puluh) sks menempuh pembelajaran di luar program studi pada Perguruan Tinggi yang sama; dan paling lama 2 (dua) semester atau setara dengan 40 (empat puluh) sks menempuh pembelajaran pada program studi yang sama di Perguruan Tinggi yang berbeda, pembelajaran pada program studi yang berbeda di Perguruan Tinggi yang berbeda; dan/atau pembelajaran di luar Perguruan Tinggi.

Persoalan dari mengambil kuliah di PT lain atau Dunia Usaha itu perlu selesai dalam proses bagaimana pembayaran atau urusan teknis keuangan. Sekali ini ini hal teknis, namun jika tidak rampung akan meninggalkan catatan tidak baik dalam program Merdeka Belajar. Oleh karena itu panduan teknis tentang Merdeka Belajar terkait dengan “tetek bengek” (baca: hal-hal teknis yang ribet) ini perlu segera disusun.

Lebih lanjut, program Merdeka Belajar perlu terus disosialisasikan agar semua pihak menjadi paham esensi pendidikan. Pendidikan memberikan ruang dialog kritis kepada siapa saja dalam proses penemuan dan pengembangan ilmu. Merdeka Belajar membuka ruang itu agar semua ilmu dapat bertemu dan berdialektika satu sama lain. Pertemuan arus utama ilmu inilah yang akan menguatkan kebangsaan dan kenegaraan. Mahasiswa sebagai pembelajar akan semakin memahami bahwa sebuah ilmu tidak dapat berdiri sendiri. Ia sangat terkait dengan kajian ilmu lainnya, sehingga belajar dari program studi lain guna menguatkan perspektif keilmuan menjadi hal utama.

Merdeka Belajar menawarkan sebuah pendekatan holistik dalam menyiapkan anak bangsa merdeka lahir batin. Merdeka Belajar pun telah lama disuarakan oleh para pendiri bangsa (founding fathers and mathers). Sebagai generasi terkini, saatnya mewujudkan dan mengokohkan cita-cita itu demi terwujudnya kehidupan adil, makmur, dan sejahtera. [**]

Oleh: Benni Setiawan
Penulis adalah Dosen Universitas Negeri Yogyakarta, Peneliti Maarif Institute, Penulis Buku Keterasingan Pendidikan Nasional (2019).