SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kenaikan harga energi akibat perang di Ukraina dapat memperlambat proses transisi energi dunia.

"Kenaikan harga energi membuat kesinambungan fiskal lebih sulit dijaga. Ruang fiskal terbatas membuat lebih sulit untuk berinvestasi dalam mengatasi krisis iklim," katanya dalam CSIS Global Dialogue 2022 yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Sementara itu, penundaan dalam mengatasi krisis iklim juga membuat ekonomi global lebih rentan ke depannya terhadap krisis pangan dan komoditas yang mengarah pada inflasi.

Presidensi G20 Indonesia menjadikan transisi energi sebagai prioritas, dengan permasalahan yang harus diselesaikan antara lain terkait skala dan distribusi pembiayaan.

Menurut Luhut, pendanaan untuk investasi transisi energi yang efisien masih sangat senjang antara negara maju dan negara berkembang, sehingga masih perlu terus ditingkatkan sampai 2030.

"Skema dan mekanisme pembiayaan juga harus digunakan dengan cara yang transparan, dengan integritas yang inklusif dan adil," katanya.

Mekanisme untuk pembiayaan transisi energi yang dapat digunakan oleh negara berkembang antara lain pembiayaan campuran dan pendirian pasar karbon.

Selain transisi energi, dengan pandemi dan konflik geopolitik, negara-negara G20 juga didorong untuk menjaga rantai pasok global.

Apalagi krisis yang meningkatkan harga pangan dan energi ini paling berdampak pada negara berpenghasilan rendah.

"Negara-negara anggota G20 harus mengatasi hal ini dengan bekerja sama dengan semua negara untuk rantai pasok yang lebih tangguh di masa depan, termasuk mendukung sistem perdagangan multilateral yang efektif dengan organisasi perdagangan yang lebih kuat," katanya. 

Tags
SHARE