CARAPANDANG.COM - Plt Kepala Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hendarman mengatakan gagalnya pembentukan karakter pada anak seringkali diakibatkan oleh kurangnya keteladanan yang dicontohkan oleh lingkungan di sekelilingnya.
“Kegagalan dalam penanaman karakter itu, karena kurang keteladanan, pembiasaan dan peran dari orang tua maupun orang dewasa lainnya di sekitar rumah, bahkan dalam masyarakat,” kata Hendarman dalam webinar "Pelajar Pancasila Cerdas dan Berakhlak Mulia dalam Keberagaman" yang diikuti di Jakarta, Selasa (16/11/2021).
Hendarman menuturkan kurangnya keteladanan, pembiasaan dan peran dari orang tua dan orang dewasa lainnya di lingkungan sekitar anak dalam menanamkan nilai karakter yang bertoleransi, dapat menyebabkan kontradiksi antara yang diinginkan orang tua dengan tindakan yang dilakukan.
Kontradiksi tersebut, kemudian mengubah pola kehidupan yang dijalankan dalam keluarga. Akibatnya, kelekatan anak dan orang tua menjadi berkurang, karena segala bentuk pembiasaan lebih dibebankan pada anak.
Menurut Hendarman, kontradiksi juga terjadi akibat masih banyaknya anggapan pendidikan karakter hanya sekadar nilai pengetahuan yang perlu diketahui oleh anak saja. Padahal, anak tak bisa memahami hal-hal yang bersifat abstrak.
“Jadi, jangan salahkan anak-anak kita, tapi inilah tantangan kita. Kita harus berbuat yang selalu kita katakan,” tegas dia.
Selain orang tua, lingkungan yang terkena paparan budaya global dan memberikan nilai yang tak sejalan dengan karakter Pancasila, menjadi masalah selanjutnya.
Halaman :
“Kegagalan dalam penanaman karakter itu, karena kurang keteladanan, pembiasaan dan peran dari orang tua maupun orang dewasa lainnya di sekitar rumah, bahkan dalam masyarakat,” kata Hendarman dalam webinar "Pelajar Pancasila Cerdas dan Berakhlak Mulia dalam Keberagaman" yang diikuti di Jakarta, Selasa (16/11/2021).
Hendarman menuturkan kurangnya keteladanan, pembiasaan dan peran dari orang tua dan orang dewasa lainnya di lingkungan sekitar anak dalam menanamkan nilai karakter yang bertoleransi, dapat menyebabkan kontradiksi antara yang diinginkan orang tua dengan tindakan yang dilakukan.
Kontradiksi tersebut, kemudian mengubah pola kehidupan yang dijalankan dalam keluarga. Akibatnya, kelekatan anak dan orang tua menjadi berkurang, karena segala bentuk pembiasaan lebih dibebankan pada anak.
Menurut Hendarman, kontradiksi juga terjadi akibat masih banyaknya anggapan pendidikan karakter hanya sekadar nilai pengetahuan yang perlu diketahui oleh anak saja. Padahal, anak tak bisa memahami hal-hal yang bersifat abstrak.
“Jadi, jangan salahkan anak-anak kita, tapi inilah tantangan kita. Kita harus berbuat yang selalu kita katakan,” tegas dia.
Selain orang tua, lingkungan yang terkena paparan budaya global dan memberikan nilai yang tak sejalan dengan karakter Pancasila, menjadi masalah selanjutnya.
.jpg "Perjuangan Iki Menghidupi Adiknya Diapresiasi Kemensos")
.jpg "Buah Kegigihan Ngatini Merajut Nilon Hinga Bantuan PENA")
.jpg "Hindari Wabah HFMD dan DBD Dengan Jaga Kebersihan")
.jpg "iPad Terbaru Siap Diluncurkan Apple 7 Mei 2024")
.jpg "Pemain IBL Paling Banyak Tampil Di All-Star 2024")
.jpg "Indiana Pacers Curi Kemenangan di Kandang Milwaukee Bucks")
.jpg "Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Kasus Narkotika")
.jpg "Ketum PSSI: Nathan Tjoe-A-On Diizinkan Klub Perkuat Timnas U-23 Kembali")
.jpg "Prawira Redam Hongkong Eastern di Jakarta Lanjutan BCL")