SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Harga minyak turun lebih dari satu persen di sesi Asia pada Selasa sore, memperpanjang penurunan tajam hari sebelumnya karena penguncian virus corona di importir minyak utama China, dolar yang kuat dan risiko resesi yang meningkat memicu kekhawatiran tentang prospek permintaan global.

Minyak mentah Brent merosot 1,19 dolar AS atau 1,1 persen, menjadi diperdagangkan di 104,75 dolar AS per barel pada pukul 06.07 GMT setelah tergelincir ke level 103,19 dolar AS.

Minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 1,07 dolar AS atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 102,02 dolar AS per barel setelah mencapai level terendah intraday 100,44 dolar AS.

Pada Senin (9/5/2022), kedua kontrak acuan minyak membukukan persentase penurunan harian terbesar sejak Maret, jatuh sekitar enam persen.

Penurunan mencerminkan tren di pasar keuangan global, karena investor melepaskan aset-aset berisiko di tengah kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga dan dampak yang dihasilkan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dolar bertahan di dekat level tertinggi 20 tahun, membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

"Situasi COVID China, kenaikan suku bunga, dan meningkatnya risiko resesi tidak membantu aset-aset berisiko," kata Warren Patterson, kepala penelitian komoditas ING.

Data terbaru menunjukkan pertumbuhan ekspor China telah melambat menjadi satu digit, terlemah dalam hampir dua tahun, karena negara itu memperpanjang penguncian untuk mengekang penyebaran COVID-19.

Harga minyak terangkat minggu lalu setelah Komisi Eropa mengusulkan embargo bertahap pada minyak Rusia. Namun, persetujuan telah tertunda di tengah permintaan dari anggota Eropa Timur untuk pengecualian dan konsesi.

Halaman :