SHARE

Bhima Yudhistira

CARAPANDANG - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan dampak konflik di Ukraina yang berkepanjangan terhadap pertumbuhan ekonomi perlu diwaspadai.

"Konflik di Ukraina yang berkepanjangan disertai lockdown di China mengganggu rantai pasok beberapa kebutuhan impor industri Indonesia. Belum tentu pertumbuhan 5 persen akan berjalan terus pada kuartal berikutnya," kata Bhima kepada Antara di Jakarta, Senin (9/5/2022).

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5 persen year on year pada kuartal I 2022.

Menurut Bhima, pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan harga komoditas dan peningkatan permintaan batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO) di pasar internasional.

"Kinerja ekspor dan investasi yang berkaitan dengan sektor pertambangan serta perkebunan mampu mendorong pemulihan ekonomi," katanya.

Di samping itu, konsumsi rumah tangga juga perlahan menunjukkan pemulihan karena terdapat pelonggaran mobilitas masyarakat, sebagaimana tampak pada sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh paling tinggi yakni sebesar 15,79 persen year on year.

Hanya saja, perekonomian nasional ke depan dapat menghadapi tantangan karena kenaikan harga komoditas tidak hanya membuat neraca dagang surplus, tapi juga meningkatkan harga pangan dan energi."Kalau tidak diantisipasi, harga komoditas yang naik akan berimbas ke inflasi pangan maupun energi," ucapnya.

Selain itu, kenaikan suku bunga secara global juga akan mendorong perbankan menyesuaikan bunga pinjaman.

"Cost of fund yang naik akan menekan penarikan pinjaman atau kredit baik untuk modal kerja pengusaha maupun pinjaman konsumsi," katanya.