SHARE

Istimewa

CARAPANDANG.COM - Kandas sudah rencana film "Perempuan Tanah Jahanam" menggelar acara nonton bareng (nobar) di dua gedung bioskop tua yang tidak beroperasi lagi, yakni Bioskop Atoom Bogor dan Grand Theater Senen.

Penyebabnya mulai dari kondisi ruangan yang dianggap tidak lagi aman hingga masalah perizinan. Hal ini membuat Joko Anwar selaku sutradara film "Perempuan Tanah Jahanam" harus bersabar menunda rencananya menggelar nobar tersebut.

"Tim kami sudah survei, dibilang sudah oke. Tapi, pagi (7/11) tadi dibilang dia tidak bisa berikan izin karena orang yang pimpinannya tidak berikan izin," kata Joko Anwar mengungkapkan alasan pembatalan rencana nobar di Grand Theater Senen.

Padahal menurut dia, tim "Perempuan Tanah Jahanam" telah mendapat izin menggelar nobar dari orang yang mengurus Grand Theater Senen yang disertai dengan bukti percakapan.

Tentu saja Joko Anwar merasa bingung dengan pembatalan izin pemutaran filmnya tersebut. Dia juga mengatakan semua peralatan yang dibutuhkan untuk menggelar nobar sudah dikeluarkan kembali oleh pengurus Grand Theater Senen.

"Tiba-tiba gedungnya disegel dan barang-barang kita yang udah di dalam di keluarkan. Jadi kita masih belum tahu apa masalahnya yang membuat kita tidak diperbolehkan," kata dia.

Rencana mulia

Sekilas, ide Joko Anwar menggelar acara nobar di gedung bioskop tua dan terbengkalai terdengar sangat aneh jika hanya sekadar mempromosikan film agar semakin laku di pasaran.

Memangnya ada orang yang mau menyaksikan film di lokasi yang identik dengan kesan seram dan angker yang sangat melekat dengan gedung-gedung tua.

Bahkan Asmara Abigail sebagai pemeran Ratih di "Perempuan Tanah Jahanam" mengaku tidak berani ikut nobar di gedung bioskop tua bila melakukannya sendirian.

"Kalau nonton ramai-ramai aku berani kalau sendiri enggak mau, 'kan sesuai sama tagline 'jangan nonton sendirian," kata aktris berusia 27 tahun itu.

Meskipun pada kenyataannya film "Perempuan Tanah Jahanam" telah sukses meraih satu juta lebih penonton sejak ditayangkan perdana pada 17 Oktober lalu.Namun begitulah Joko Anwar, dengan ide-ide anehnya yang tak jarang juga sering ia tuangkan dalam karya filmnya dan selalu berhasil mencuri perhatian.

Sama seperti wacana nobar "Perempuan Tanah Jahanam" ini, menurut Joko, dilakukan sebagai upaya untuk membangun gerakan revitalisasi gedung-gedung bioskop tua.

"Itu gerakan mendesak revitalisasi gedung bioskop tua di Indonesia. Kami mulai di Jakarta untuk mengomunikasikan kepada pemerintah bahwa kita butuh banyak gedung bioskop yang mudah diakses masyarakat," ujarnya.

Joko menilai gedung-gedung bioskop yang terbengkalai sebagian besar berlokasi strategis dan mudah diakses oleh banyak orang.

"Letaknya di sisi jalan tidak masuk ke gedung lain. Tidak masuk ke mal. Jika itu bisa diakses dengan gampang, bisa berfungsi kembali, tentunya minat penonton untuk ke bioskop juga akan lebih gampang tersalurkan," kata Joko.

Seperti yang diucapkan Joko Anwar, kondisi bioskop saat ini kebanyakan memang berada di dalam pusat perbelanjaan.

Di Jakarta sendiri, jumlah bioskop yang letaknya di sisi jalan dan tidak berada di dalam bangunan atau gedung lain jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Sisa kejayaan

Apabila melirik jauh ke belakang, Grand Theater Senen merupakan salah satu komplek hiburan tertua di Jakarta yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1920-an, dan menjadi rujukan anak muda pada pada masanya.

Untuk menemukan bangunan ini sangat mudah, sebab letaknya persis berhadap-hadapan dengan Pasar Senen.

Dani Mulyana, pria yang pernah lama bekerja sebagai proyeksionis di bioskop tersebut mengungkapkan ketika dahulu beroperasi, Grand Theater mengenakan tarif sebesar Rp5.000 untuk hari biasa dan Rp10.000 saat akhir pekan.

Sementara itu, Mulia Agung yang berada di sebelahnya mengenakan tarif sebesar Rp8.000 untuk hari biasa dan Rp15.000 untuk akhir pekan. Perbedaan ini karena bioskop Mulia Agung menggunakan air conditioner (AC).

Sayangnya, pada tahun 2015, Grand Theater dan Mulia Agung gulung tikar karena semakin sedikit pengunjung namun biaya operasional semakin membesar.

Tak hanya itu, susahnya mendapatkan film seluloid dan tingginya harga pajak menjadi penyebab lain bioskop ini berhenti beroperasi.

Tutupnya bioskop ini menjadikannya sebuah bangunan kosong nan usang.

"Kata orang sih bangunan ini angker. Tapi menurut saya mah tidak, itu pendapat orang saja," katanya.

Kini bioskop yang pernah menjadi saksi kesuksesan dunia film Tanah Air hanya sebagai tempat tinggal bagi binatang seperti tikus dan tungau.

Hanya terlihat kursi-kursi usang dan mesin ATM yang dipenuhi debu. Tak hanya itu, berdasarkan laporan yang ada tempat ini juga dijadikan sebagai tempat mesum.

"Tapi selama saya bertugas enggak pernah melihat secara langsung hal-hal semacam itu,” kata Dani dengan logat Sunda.

Terus berupaya

Upaya Joko Anwar untuk membuat acara nobar "Perempuan Tanah Jahanam" dengan maksud mendorong gerakan revitalisasi gedung bioskop tua tak berhenti sampai di situ saja.

Dia mengungkapkan masih terus mencari lokasi gedung bioskop tua yang bisa dijadikan lokasi nobar, meskipun hal tersebut tidaklah mudah.

"Kami ke Depok mencari beberapa gedung bioskop. Ada namanya Gloria juga sedang dijajaki apakah masih berfungsi atau tidak. Teman-teman juga ada yang ke Buaran dan segala macam. Jadi tetap kami usahakan," kata dia.

Jika Joko Anwar membutuhkan waktu 10 tahun untuk mewujudkan mimpi membuat skenario film "Perempuan Tanah Jahanam" diangkat ke layar lebar, maka hal yang sama juga mungkin akan dilakukannya untuk merealisasikan impian merevitalisasi gedung-gedung bioskop tua.

"Kami percaya kalau jadi nobar di sana, film apa pun itu ya bukan cuma 'Perempuan Tanah Jahanam', akan ada sedikitnya kesadaran bahwa gedung bioskop ini masih bisa direvitalisasi dan masih bisa dipergunakan untuk menjadi gedung bioskop yang gampang diakses oleh masyarakat," ujarnya.

Tags
SHARE